Methodist 2 Kisaran

Pengaruh Media Sosial Terhadap Minat Belajar Siswa

Teknologi yang terus berkembang membuat semakin mudah dalam mengakses informasi dan berkomunikasi. Perkembangan ini membawa dampak yang sangat positif dalam mempermudah kegiatan sehari-hari. Namun, di balik kemudahan-kemudahan tersebut, banyak juga tantangan yang harus diperhatikan supaya kecanggihan teknologi yang ada saat ini tidak beralih menjadi hal yang negatif. Hal ini berkaitan dengan media sosial yang sedang sangat sering digunakan saat ini. Pada era digital ini, penggunaan media sosial sudah menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari. Pengguna media sosial ini juga beragam, mulai dari siswa sekolah dasar hingga lansia. Jumlah anak di bawah umur yang mempunyai akun media sosial sendiri juga sangat banyak. Hal ini cukup dapat menjadi sorotan, karena anak di bawah umur, terlebih siswa sekolah dasar, belum bisa memilah dan memilih konten yang harus dikonsumsi dan tidak.

Pengaruh media sosial terhadap pendidikan pun mulai terasa, terlebih apabila siswa lebih memilih melihat media sosial dibandingkan belajar, sehingga nilai akademis mereka dan minat belajar menurun. Para siswa sering kali lebih memilih untuk menghabiskan waktunya hingga berjam-jam untuk melihat konten-konten yang ada di media sosial, mengunggah status, dan melakukan aktivitas lainnya di media sosial, dibandingkan untuk belajar, membaca, ataupun mengerjakan tugas sekolah. Bahkan, tidak sedikit juga yang sampai membolos sekolah hanya karena malas belajar dan lebih memilih di rumah bermain gawai dan membuka media sosialnya. Pengaruh media sosial terhadap anak ini dapat terlihat dari bagaimana sikap anak, cara berpikir, dan cara mereka melihat sesuatu.

Selain sifatnya yang adiktif, media sosial juga banyak menyajikan konten-konten yang kurang bermutu dan tidak sesuai dengan umur anak yang masih sekolah. Beberapa contoh konten media sosial yang negatif dapat berupa video kekerasan, memamerkan kekayaan, bahkan hingga pornografi. Konten negatif ini jika dikonsumsi terus-menerus, terlebih oleh anak di bawah umur yang belum bisa membedakan mana yang boleh ditiru dan tidak, akan terserap dan berpotensi untuk ditiru, atau bisa membuat anak kepikiran dan stres hingga depresi karena merasa selalu kurang. Media sosial juga sekarang dilengkapi dengan fitur message yang memungkinkan untuk saling berkirim pesan juga. Hal ini menjadi positif apabila melihat dari sisi meningkatkan kemudahan dalam berkomunikasi, namun dapat menjadi negatif karena anak bisa berkomunikasi dengan siapa pun, termasuk orang asing.

Namun, media sosial sebenarnya juga mempunyai dampak yang positif dalam hal pendidikan, yaitu dapat menjadi alat pendukung belajar yang menarik. Guru dapat memberi tugas kepada siswa mengenai topik pembelajaran yang ingin disampaikan, namun dikemas dalam bentuk video edukatif dan diunggah di media sosial. Hal ini selain meningkatkan minat belajar siswa, juga mengajak orang lain untuk menonton video yang lebih edukatif namun tetap menyenangkan. Atau guru juga bisa mengunggah materi pembelajaran dalam bentuk video, sehingga lebih menarik untuk dipelajari dibandingkan metode pengajaran konvensional, mengingat generasi sekarang lebih suka untuk melihat sesuatu yang dikemas dalam bentuk video atau visual dibanding membaca buku dan menulis.

Maka dari itu, peran orang tua adalah untuk mengawasi anak-anaknya dalam hal penggunaan gawai yang bijak supaya tidak disalahgunakan dan tetap dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan maksimal namun tetap aman. Dan peran guru di sekolah adalah untuk memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi menyenangkan dan minat belajar siswa tidak menurun.

← Back to Artikel

oasis, oasistogel, oasistogel wap, oasistogel login, slot online

slotgacor , slotonline, primegroup, prime engine

slotgacor , slotonline, oasistogel, oasistogel wap, oasistogel login